Siapa yang tidak kenal dan asing dengan nama burung puyuh? Burung yang habitat asal banyak kita jumpai di hutan dan semak semak ini sekarang sudah menjadi komoditi usaha peternakan. Terkenal dengan kelezatan telurnya, burung puyuh semakin giat dikembangkan dalam sektor peternakan, mulai dari skala kecil, sedang, hingga besar.
Jum'at 27-8-21 Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam Al Rosyid (STEBIA) melakukan kunjungan ke peternakan ayam puyuh milik mas Suwito di Dusun Tempuran Desa Sumodikaran,usaha ternak ayam puyuh dirintis sudah sejak lama , menurutnya usaha ayam puyuh ini termasuk usaha yang cukup mudah. Para mahasiswa juga belajar bagaimana teknik pengelolaan yang baik mulai dari tata kelola memberi makan, kebersihan kandang, penjualan dll. Perlu anda ketahui bahwa sebenarnya kapasitas produksi telur puyuh sangat tinggi, posisi terbesar kedua setelah ayam ras petelur. Puyuh sudah dapat mulai bertelur pada usia 45 hari dan akan terus bertelur selama sekitar 18 bulan. Dalam satu tahun, puyuh dapat bertelur 250—300 butir per ekor. Jika sudah mencapai ambang batas minimum produksi (apkir), puyuh dapat dijual untuk dikonsumsi dagingnya. Masyarakat Indonesia menyukai daging puyuh karena teksturnya lembut dengan rasa yang gurih dan lezat.
Berbeda dengan beternak ayam dan itik, beternak puyuh dapat dilakukan di lahan sempit. Dalam 1000 ekor, Anda hanya memerlukan lahan seluas 7.5 m⊃2;. Teknik pemeliharaannya juga cukup mudah dibandingkan dengan beternak ayam. Selain lebih simpel, puyuh juga relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. namun sangat disayangkan semenjak pandemi ini bisnis ayam puyuh mengalami penurunan omset pesanan, penyebabnya tak lain adalah banyaknya pemasok dan usahawan rumah makan yang gulung tikar dll. Akan tetapi meski begitu masih banyak sekali peminat burung puyuh yang berdatangan ke rumah beliau. (KKN STEBIA)
selengkapnya dapat diakses melalui link berikut : https://youtu.be/aKI-9VupEEk