Sumodikaran- Reaksi pertama kali kita mendengar bahwa lampu hemat energi mati bisa dihidupkan kembali adalah takjub dan setengah tidak percaya. Namun ketidakpercayaan ini dijawab oleh Moh. Badrianto (42), warga RT. 02/ RW. 02 Dukuh Tempuran Desa Sumodikaran, pasalnya lelaki yang sehari-hari dipanggil Mas Badri ini sudah tiga tahun ini menggeluti profesi sebagai dukun lampu.
Saat ditemuai Tim SID Desa Sumodikaran (04/10), Moh Badrianto mengaku menekuni profesi sebagai dukun lampu ini sejak tahun 2012 bermula saat dia memiliki beberapa lampu hemat energi yang sudah mati, karena merasa sayang kalau benda rusak ini dibuang, maka muncul ide untuk memperbaikinya. Maka pada awal tahun 2012 mulailah dia belajar dari tukang service lampu di Surabaya. Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya dia mencoba membuka usaha service lampu. Bermodalkan uang Rp. 300.000,- dia membeli bahan dan peralatan seadanya.
Mungkin inilah bisnis dengan modal mini hasil maxi atau modal sedikit hasil selangit. Dalam waktu kurang dari satu bulan modal yang dikeluarkan sudah kembali bahkan meraup keuntungan yang cukup tinggi yakni mencapai 1 juta rupiah.
Hal yang paling sulit ditembus bagi pemodal mini untuk bisnis ini adalah pengadaan bahan baku kacanya, karena tidak dijual bebas di toko-toko, maka pembeliannya harus langsung ke distributornya dan itupun harus partai besar dan cash. Bagi pemodal mini hal yang bisa dilakukan adalah membeli secara eceran dari para pembuka lapak service.
“Diawal usaha kami, pemasaran hanya di kios-kios di sekitar Kecamatan Dander, lalu dengan usaha keras bisa menembus pasar Ngasem, pasar Ngambon, pasar Kalitidu bahkan sampai ke pasar Padangan”, ujar bapak beranak 3 ini. Sampai saat ini anak buah untuk memasarkan barangnya sudah ada 6 orang. Seiring dengan tingginya permintaan lampu rekondisi ini, Badri terus menambah modalnya. Penghasilannya sebagai dukun lampu ini bisa mencapai 2,5 juta/bulan sehingga mampu menopang ekonomi keluarganya.